Skip to main content

Posts

Kemana Aja? Begini Ceritanya

Sebab, rebahan saat week end adalah aktivitas yang amat mengenakkan. Bila disatukan dengan kemalasan, niscaya akan menjadi kekuatan yang tak terkalahkan. Ratusan, bahkan mungkin ribuan minggu sudah saya lewati. Tanpa sadar, ternyata saya sudah tidak  membersamai blog ini bertahun-tahun lamanya. Maafkan atas kekhilafan saya ini, Blog. Saya berjanji, setelah ini, saya akan senantiasa setia membersamaimu kembali. Akan aktif menulis, menemani dan mendandanimu kembali, agar terlihat mempesona dan banyak dikunjungi pembaca. Semoga. Sebenarnya, bukan tanpa alasan saya menerlantarkan blog ini. Setelah lulus kuliah, saya disibukkan dengan urusan pertahanan perut dan seisinya. Ya, bertahan di Ibu Kota dengan skill yang apa adanya, ditambah dengan jurusan saya saat kuliah yang banyak orang meragukan, bukanlah perkara mudah, Brader. Dibutuhkan kekuatan ekstra dan cucuran keringat lebih banyak dibanding fresh graduate-fresh graduate lainnya. Supaya ada asupan semangat untuk kembali aktif men

GARAM DAN MASA DEPANNYA DI INDONESIA

Nasib industri garam memang tragis. Tidak seperti industri baja, pertekstilan, atau sektor alas kaki yang memperoleh perhatian pemerintah dan diberikan sejumlah fasilitas, industri garam seolah dibiarkan hidup seadanya. Indonesia yang memiliki garis pantai sepanjang 95.181 km atau terpanjang keempat di dunia, terpaksa harus terus menerus mengimpor garam setiap tahun. Industri garam bahkan tidak pernah dikelompokkan ke dalam barang strategis kendati kebutuhan domestik sangat besar dan keberadaannya sangat vital dalam mencukupi kebutuhan dasar rakyat. Terasa aneh memang jika kita mendengar bahwa Indonesia mengimpor garam. Timbul berbagai pertanyaan pada diri kita mengenai hal ini. Sebanarnya Indonesia Negara perairan atau tidak? Perairan Indonesia itu kekeringan ya? Pantai disekitar perairan Indonesia sudah habis ya karena abrasi? Kemana para petani garam Indonesia mereka berubah propesi ya? Kenapa Indonesia bisa mengimpor garam padahal perairan Indonesia sangat luas yaitu seki

DRAMATURGI TRANSENDENTAL PETANI TEMBAKAU; oleh Pribumi atas Pribumi

            Penulis di sini ini tidak bermaksud untuk melakukan aksi rasisme dalam tulisan ini. Tulisan ini hadir atas keluhan masyarakat yang mereka berprofesi sebagai petani. Apa yang mereka alami ternyata berbeda jauh dengan apa yang diwacanakan oleh orang banyak, kalau boleh penulis katakan, dengan meminjam bahasa Prof. Dr. Nur Syam seorang guru besar sosiologi agama UIN Sunan Ampel. “Dramaturgi Transendental atas Petani Pribumi oleh Pribumi”. Pernyataan yang tak jarang kita dengar di kalangan orang banyak (pribumi) adalah, “hati-hati dengan orang asing (China)”. Pernyataan tersebut seakan menjadi bahasa ampuh untuk menumbuhkan rasa benci terhadap orang non pribumi yang tinggal di Indonesia. Akibat dari pernyataan tersbut, akhirnya masyarakat mengalami ksisis truth (krisis kepercayaan) terhadap orang non pribumi, dalam hal ini juga sama dengan apa yang dilakukan oleh para petani. Petani adalah sebuah profesi yang sangat mulia. Jika tidak ada petani di negeri ini, maka kemu

Mathlabul Ulum; Antara Tren Tradisionalisme dan Tren Modernisme

Oleh: Muhammad Rasyidi         Transformasi model pendidikan dan pengajaran yang kian marak dewasa ini, dari model yang dianggap hanya sebatas pendidikan dan pola pengajaran yang stagnan dan monoton, tapi adapula model-model yang dianggap mempunyai kontribusi besar terhadap pertumbuhan peserta didik sehingga dengannya, peserta didik atau murid menjadi anak yang lebih produktif dibandingkan dengan mengaplikasikan model pembelajaran yang monoton, biasanya model pembelajaran yang produktif tadi, digunakan di sebuah lembaga yang sudah tidak diragukan lagi kualitasnya, seperti lembaga-lembaga yang bertaraf nasional maupun internasional. Dalam sebuah tulisan yang mungkin sangat sederhana ini, penulis akan sedikit mengupas dan menghidangkan kepada para pembaca yang budiman, sebuah model pembelajaran yang sangat, sangat dan sangat tradisional sehingga mungkin model pembelajaran ini banyak dihiraukan dan didiskreditkan oleh kebanyakan pendidik. Model pembelajaran ini biasanya banyak d